GANDENKU.COM |
Riau - Dalam rangka deklarasi
#2019GantiPresiden yang sedianya akan dilaksanakan di Pekanbaru, Riau. Bunda Neno Warisman selaku aktifis gerakan yang di inisiasi oleh Mardani Ali Sera mendapatkan perlakuan yang tidak baik saat di Bandara. Bunda Neno di hadang oleh tidak lebih dari 40 orang untuk tidak datang pada acara deklarasi. Namun sayangnya saat para penghadang yang di idetifikasi sementara dari kelompok tertentu ini sudah bubar kocar-kacir di usir warga asli Riau, Bunda Neno tetap dihadang aparat dan di paksa pulang ke Jakarta dengan cara aparat menahan pesawat terakhir yang akan pulang ke Jakarta.
Perlakuan kasar yang dipertontonkan oleh oknum aparat dan para preman ini sangatlah disayangkan di sebuah Negara Demokrasi yang menjunjung tinggi perbedaan bukanlah hal yang tabu untuk dipertentangkan. Berikut adalah kronologis yang di tulis oleh Bunda Neno Warisman yang kami copas dari akun Facebook Dian Soekanto.
Saya dijemput sahabat sahabat relawan jam 24.00 an malam
setiba di Bandara Suta , dan teman teman mengerti betapa laparnya saya. Mereka
menajak saya makan di restoran padang jalan Juanda dan setelah makan , saya
pulang.
Saya masih terus memikirkan persekusi ini.
Luar biasa polisi.
Gak bisa mengatasi tdk lebih dari 40 an saja orang dan remaja remaja yang
berteriak, naik pagar gerbang dan berjoget jioget, bakar bakar, lempar mineral
ke kaca depan mobil Mercy milik dr diana Tabrani yang menjemput saya ygcini.
Padahal jumlah aparat beratus ratus banyaknya dan dari
beberapa satuan yang berbeda.
Anehnya, ketika pun yg aksi di depan gerbang itu sdh capek
dan pulang, saya tetap dikurung bahkan dengan police line (dijaga, tapi gag boleh
diberi makanan) sampai jam 9 malam saat pesawat akhir pulang dan ternyata
pesawat ditahan karena perintahnya adalah saya harus diterbangkan pulang ke
jakarta.
Terbukti dr boarding pass kepulangan yang diberikan,
ternyata sdh disiapkan sejak kami datang.
Artinya yg seharusnya rahasia nama penumpang dst , tdk
berjalan.
Bertahan di dalam mobil selama nyaris 7 jam , hingga pkl
21.00 an malam begitu banyak yg terjadi.
Tekanan, ancaman tersamar, maupun pemaksaan pemaksaan dan terselip ada juga
permohonan dan pendekatan yg manusiawi dr sedikit diantara aparat yg memaksa
saya untuk kembali ke bandara.
Ditemani oleh sang pemilik mobil yang rusak pastinya oleh
hujan batu yang dilemparkan oleh siapa entah (darimana batu cukup besar besar
itu di bandara?)
Bbvvvhhdr diana tabrani dan pak Luqman, saya tetap memilih bertahan.
Dua orang dari tim kerja sempat diseret ke polres dan
seorang lain saya lihat sendiri dikejar 10 orang dan dikeroyok dan saya hanya
dengar seruan Allahu akbar nya berulang ulang sampai punggungnya menempel di
kaca mobil.
Lalu ia dibawa
Dan terjadilah hal yg berikut lepas pkl 9 dimana seharusnya
pesawat terakhir diberangkatkan,
Kabinda datang dengan kasar menggebrak mobil dan berteriak
teriak memaksa buka pintu dan menarik paksa satu per satu semua dari mobil.
Kecuali saya yg tetap bertahan dan minta pada para polwan berpakaian bebas
untuk tdk memperlakukan saya dengan buruk.
Polwan hanya memaksa saya keluar namun tdk kasar. Bahkan
beberapa diantara mereka membawa roti dan ingin saya menerimanya. Tapi saya
tolak karena bukan roti yg saya inginkan melainkan kebenaran., keadilan, hukum
yang tidak digunakan semena mena.
Beberapa orang meminta saya keluar krn hujan batu yg membuat
saya kuatir mobil ibu dr diana tabrani akan rusak berat.
Saya tdk suka kekerasan itu saya tegas katakan dan tdk perlu
paksa saya beberapa kali pada mereka.
Lalu kami dikelabui. Dibawa oleh mobil yang katanya akan
mengantar saya ke hotel, namun kenyataannya mereka bawa saya ke pesawat dan
sekali lagi kabinda melakukan kekerasan pada para lelaki dan bahkan seorang
preseidium diseret seret paksa oleh 5 orang melalui naik tangga sampai ke
garbarata.
Di atas garbarata para yg memaksa dengan kasar sampai
terseret seret itu minta maaf pada doktor Balda krnn kata mereka kami hanya jalankan
tugas. Doktor Balda memaafkan.
Di bawah,
Saya masih berusaha hubungi teman teman seperjalanan yg saya khawatir akan
keberadaan mereka.
Ketika pak Kabinda bersikap kasar sekali lagi pd laki laki
di mobil saya minta dng tegas agar pak Kabinda untuk berlaku sopan.
Saya shalat 2 rakaat di dalam mobil.
Lalu setelah selesai saya minta mereka semua yg ada di sana berkumpul membuat
lingkaran dan saya pimpinkan doa.
Kulillahumma Malikal Mulki tu’til mulka mantasyaa Wa tanziul mulka
mimantasyaa. Wa tuizzu man tasyaa wa tudzillu man tasyaa biyadikal khoir Innak ala kulli syaiin qodiir..
Pak Kabinda yang menggebrak gebrak mobil, berteriak, menarik dan mengatakan
tidak sabar menghela kami seperti penjahat saja itu pun , saya doakan.
Semoga Allah menyelamatkan beliiau yang telah sangat buruk memperlakukan kami.
Tiba di jkt pkl 12 malam saya dijemput oleh sahabat 2
relawan yg membawakan lontong isi dan saya senng bisa makan .. dan minum
setelah 7 jam di dalam mobil tanpa sesuatu pun.
Di perjalanan pulang saya kembali mengingat rangkaian
kejadian persekusi yg sayanalami, sambil mengingat kata kata dr Diana Tabrani,
“Kami mbak Neno, Orang Melayu, dan orang Melayu itu amat sangat memuliakan tamu. Mbak Neno tamu
saya, tamu kami semua, saya malu di tanah Melayu terjadi hal seperti ini”
Sungguh hati beliau sangat mulia seperti alm ayah beliau dr
Tabrani yang dikenang dan dihormati.
Terakhir saya tanya, Bagaimnakah kerusakan mobil ini..
Dr Diana Tabrani dan suaminya Pak Luqman, sepakat , mereka
katakan itu bukan urusan yang besar. Allahu akbar! Terakhir saya masih membaca di wag bahwa teman temn
seperjalanan dari jakarta yang juga tersandera tadi , setelah saya akhirnya
naik pesawat, termasuk di dalamnya mas Sang Alang sang pencipta lagu
gantipresiden, mengalami penyerangan dan pengejaran oleh preman preman Flores
dn Nias dan sampai saat saya tulis dini hari ini, saya masih mengkhawatirkan
mereka.
Semoga Mereka selamat.
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...