|
Foto : Prof. Khairil Di Tengah Alumni IPB |
GANDENKU.COM | Saat ini kita sedang memasuki era pasca-kebenaran (BUKAN
paska). Era pasca-kebenaran adalah suatu era dimana sesuatu yang kita percayai
sering kali kita terima sebagai kebenaran. Jadi kebenaran telah tersusul dan
dikalahkan oleh kepalsuan yang kita percaya sebagai layaknya kebenaran.
Pencitraan, misalnya, merupakan suatu upaya untuk memanipulasi kepercayaan
masyarakat agar kepalsuan bisa diterima sebagai kebenaran.
Sangat memperihatinkan bahwa masyarakat kita saat ini
terperangkap dalam kepalsuan. Tidak hanya kepalsuan dalam arti harfiah seperti
vaksin palsu, ijazah palsu, uang palsu, polisi palsu, atau janji palsu tetapi
banyak juga kepalsuan dalam bentuk lain. Kepalsuan lain mencakup informasi yang
tidak representatif ataupun penyalah-gunaan statistik ("abuse of
statistic").
Apalagi di era medsos ini, banyak sekali informasi yang
menyesatkan, tetapi karena diberitakan secara masif dan ditambah dengan
kemampuan viral dari medsos maka berita itu lalu diterima sebagai kebenaran.
Bisa dibayangkan apa akibatnya jika berita tersebut adalah finah. Apa yang
terjadi jika berita itu adalah provokasi yang menghasut?
Kita sering menyaksikan ada satu orang menyampaikan
pendapatnya yang kontra terhadap suatu pendapat yang umum ("main
stream") yang berdasarkan pada fakta. Kemudian pendapat ini dibesar
besarkan oleh berbagai media pada setiap kesempatan sehingga terkesan ini
adalah pendapat mayoritas. Akhirnya pendapat yang bersebrangan dengan fakta
inilah yg diterima sebagai kebenaran oleh masyarakat awam. Media telah berhasil
mengubah kepalsuan menjadi 'kebenaran'.
Statistik pun tidak jarang 'diperkosa' dan dijadikan argumen
pembenaran dengan berlidung di balik kata sakti: survei ilmiah. Padahal metode
pengumpulan datanya direkayasa dan data yang terkumpul pun dimanipulasi agar
hasilnya sesuai dengan pesanan. Mau si A yang diunggulkan dalam survei ataukah
si B, ya monggo saja. Statistik lalu tidak berdaya karena statistik hanyalah
alat belaka. Penggunanyalah yang berkuasa menghitam-putihkan statistik.
Sehingga benarlah adagium ini:
"Statistics do not lie, but liars fabricate
statistics".
Statistik-statistik itu tidak bisa berbohong, tetapi
pembohong gemar memproduksi berbagai macam statistik..
Wallahua'lam...
Oleh : Prof. Khairil Anwar Notodiputro
Sumber : Akun Facebook