GANDENKU.COM | Jakarta - Mampir sebentar sepulang dari tempat kerja sekedar rehat untuk membeli minuman. Tampak seorang anak dan ayahnya lagi duduk-duduk di kursi. Sayapun duduk, terdengar sayup obrolan mereka berkaitan dengan Habib. Selintas si anak bertanya "Yah emang Habib bisa jadi Polda (mungkin Kapolda maksudnya-red), emang habib polisi Yah ?"Si Ayah cuma nyengir setelah itu minum tanpa memberikan jawaban.
Dari kejadian ini maka menarik buat saya adalah bahwa anak kecil saja faham banget bahwa tidak mungkin Habib itu akan jadi Kapolda karena ia memang bukanlah seorang Polisi. Karena bagaimanapun seorang Polisi, Dokter, Perawat, Pengacara itu pekerjaan sebuah profesi yang disebabkan karena pendidikan khusus/tertentu beda dengan seorang yang menjadi pengusaha, menjadi sekretaris, bankir, menjadi guru meskipun ia sebagai profesi namun pendidikan yang ditempuhnya masih sangat memungkinkan lintas ilmu.
Namun semua pemahaman profesi ini menjadi 'tumpul' manakala kita dalam kondisi panik, seorang yang panik maka apa yang disampaikan cenderung 'tidak masuk akal' bahkan bisa menjadi ngelantur, asal ngomong, atau asal-asalan yang lainnya. Seorang yang panik ketika terbawa arus air maka ia akan berusaha mengambil pegangan apa adanya yang penting 'saya bisa pegang' tidak lagi ia berpikir apakah yang dipegang akan menyelamatkannya atau justru akan mempercepat ia termakan arus yang kuat. Semuanya sudah 'lumpuh' hatipun bergemuruh, rasa takutpun menghantuinya itulah kondisi orang yang panik.
Begitupula halnya dengan seseorang yang 'merasa diserang jabatannya' maka ketika ia panik setiap apa yang disampaikan tidak nyambung dengan 'akal sehat', dan kepanikan ini justru akan menambah ia semakin tergerus dengan sendirinya. Wallahualam