GANDENKU.COM | Bantu Petani - Sebanyak 7.000 ton gula pasir tebu dari petani di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih belum terjual akibat membanjirnya gula rafinasi impor. Padahal, Pabrik Gula Madukismo, Bantul, bisa memproduksi 20 ribu ton per tahun dengan tebu yang dipasok para petani di DIY dan sekitarnya.
“Para petani terancam tidak bisa memasok tebu karena stok gula masih menumpuk dan belum terjual,” kata Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) DIY, Roby Hermawan, di Yogyakarta, Minggu (27/8).
Roby menjelaskan jika persediaan gula tersebut tidak terserap, kemungkinan besar petani tebu di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya tidak bisa memasukkan panenan tebu untuk delapan musim giling yang berlangsung pada Mei–Oktober.
APTRI Yogyakarta juga mendesak pemerintah untuk mengeluarkan moratorium impor gula hingga akhir Desember atau sampai tahun depan. “Stok gula petani mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri,” katanya.
Sementara itu, APTRI Jawa Barat hari ini menggelar aksi di Jakarta untuk memprotes kebijakan Mendag yang sangat menguntungkan importir dan membunuh petani. APTRI juga akan mempertanyakan penyegelan gula petani oleh Kemendag, namun ternyata dijual kepada Bulog di bawah harga patokan.
Selain itu, mereka juga memprotes pernyataan Menteri Perdagangan tentang gula penunjukan atau gula impor juga tidak dikenai pajak pertambahan nilai.
Aksi petani ini sekaligus ingin menyatakan kepada Presiden tentang menteri yang dipilihnya bukan memberdayakan, tapi malah membunuh petani. Sekaligus ingin mengingatkan Presiden bahwa belum pernah terjadi di era presiden sebelumnya petani mendapat perlakuan yang sangat kejam seperti saat ini.
Dikabarkan, puluhan petani tebu di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, juga telah berangkat ke Jakarta untuk unjuk rasa menuntut pemerintah menghentikan impor gula saat musim giling dan setop impor gula maupun gula rafinasi masuk pasar, mengingat gula petani hingga kini belum terserap ke pasar.
Aksi Beli Gula
Sementara itu, Ikatan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) menggalang Aksi Beli Gula Petani Cirebon sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib petani gula yang terancam mengalami kerugian karena para investor lebih memilih gula rafinasi (gula kristal putih).
Salah satu alumni IPB, Ganden Arkadi, mengatakan Aksi Beli Gula memang tidak bisa membantu petani secara signifikan atas kerugian mereka. Namun, dia berharap aksi sederhana tersebut dapat mengetuk kepedulian masyarakat lain di Indonesia.
“Ya, terlebih kami mendorong pemerintah dapat lebih memperhatikan para petani tebu tersebut agar bisa memberikan harga yang layak pada hasil gula mereka,” kata Ganden. Ant/YK/AR-2
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...