Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Teh Ati Sosok Alumni IPB Yang Baik dan Ramah
ASA | Sosok - Alumni IPB yang satu ini merupakan orang yang baik dan ramah yang pernah saya kenal. Ia adalah sosok yang supel dan tidak membedakan siapa teman bicaranya. Hari ini kebetulan melintas sebuah berita di beranda google ketika saya mencari informasi yang lain, penasaran dengan beritanya.
Meskipun ini berita tahun 2008 atau 12 tahun yang lalu, asli pas baca sangat menarik sosok teteh yang satu ini. Berikut berita tentang sosok teteh yang baik ini yang saya ambil dari webnya kangsanusi.com.
SEBAGAI wanita yang bergerak dibidang jasa kontruksi (konsultan kontruksi), Ati sapaan akrab wanita berusia 40 tahun dengan nama lengkap Ir Ati Hartati, M.Si tidak menyesal konsen di dunia usaha ini sejak usia 22 tahun. Sebab, dari 7000 pengusaha di bidang jasa kontruksi, kaum wanita tidak 5 persennya se-Indonesia yang bergelut dan memegang kendali perusahaan semacam ini.
Kental dengan keluarga guru, Ati yang asli orang Serang ini rela melepaskan bayang-bayang keluarganya yang cenderung memilih pendidikan sebagai jalan hidupnya. Akirnya, tahun 1992, berasma suaminya, Ir Mulyawan, ia mengambil bagian hidupnya sendiri dengan mendirikan PT Ottoman Laras Cipta yang bergerak dibidang jasa.
Tidak kurang 18 tahun Ati menggeluti usaha ini. Hasilnya, 6 perusahaan di berbagai daerah berhasil dikembangkannya dengan bermodal kepercayaan dan profesionalisme.
"Siap sih yang ingin menggeluti usaha jasa, yang saat itu (tahun 90-an, red) orang lebih memilik menjadi kontraktornya. Namun berdasarkan niat tulus dan usaha maksial semuanya berjalan lancar," ungkap Ati ketika pertama kali menjalani bisnis ini dengan suami.
Beruntungnya lagi, pilihannya menjadi konsultan kontruksi sangat dihargai sejawatnya yang kebanyakan kaum adam. Dalam pergaulannya di tingkat nasional, wanita yang mengenyam pasca sarjananya pada jurusan Komunikasi publik ini, banyak memikat lelaki pengusaha tersebut karena kecakapannya dalam menjelaskan paparan-paparan perencanaan pembangunan kontruksi di berbagai daerah.
"Saya lihat banyak perempuan yang minder karena berkarir di dunia yang bukan dunianya (perempuan,red). Tapi bagai saya pengalaman belasana tahun di dunia karir ini justru memotivasi saya agar setara dengan kaum pria," tegasnya.
Ia berpesan, kalau profesional itu dijaga dan memberikan kepuasan hasil dari pekerjaan yang digeluti, Ati yakin semuanya akan berjalan lancar. Sebab tandasnya, dalam dunia profesi dan karir bukan gender yang ditonjolkan. Tapi, bagaimana dalam karir tersebut, seseorang dapat menonkolkan sikap profesionalismenya.
"Wah, bahaya itu, kalo bergelut di dunia bisnis atau karir tidak menjaga kepercayaan dan profesionalisme. Ujung-ujungnya pasti kita sendiri yang rugi," cetus wanita yang memiliki perusahaan di, Banten, Riau, Palembang sampai ke Jayapura ini dan kerap mengisi seminar-seminar konsultan bagi pemerintahan daerah.
Mulai sejak Usia Dini
Dengan wajah yang selalu ceria, ia menggambarkan, usaha yang dirintisnya sejak usia 20-an ini sangat membantunya mengembangkan usahanya saat ini. Sebab, menurutnya, memulai sesuatu sedini mungkin akan lebih membuat pribadi dan karir seseorang mudah tertanam.
"Kalu saja saya mengikuti temen-temen sebaya waktu itu (jaman kuliah) yang masih suka hura-hura dan tidak konsen di dunia karir seperti ini. Saya menjamin, kehidupan saya tidak akan semaju ini. Untungnya, saya memulainya sejak usia muda," imbuhnya mengenang perjalanan awal karirnya di jasa konsultan.
Menimba banyak ilmu dari seniornya yang saat ini menjadi suaminya, Ir Mulyawan (41), seorang arsitektur yang kerap mendapatkan pekerjaan dari beberapa instansi pemerintah dan swasta. Ati mulai mengenal dunia usaha kontruksi. Namun pilihannya bukan menjadi kontraktornya, konsultanlah pilihannya sesuai dengan keinginan dan ketetapan hati.
"Jarang kan orang yang ingin menjadi konsultan saat itu. Maklum, saat itu kontraktor lebih besar pendapatannya. Tapi, karena saya lebih tertarik di bidang jasa maka konsultanlah yang saya geluti," ujarnya sambil menyebutkan, kalau kontraktor saat itu dibayar puluhan juta, ia hanya mendapatkan Rp1,5 juta untuk satu proyek.
Akan tetapi, lambat laun karirnya terus menanjak, dengan kepercayaan yang ditanamkannya, Ia mengaku, ternyata kalau digarap secara profesional, pekerjaan jasa itu tidak ternilai upahnya. "Yang penting serius saja, konsen dan jangan mudah menyerah," singkat Wakil Ketua Ikatan Nasional Kontruksi Indonesia (Inkindo) Banten ini.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Populer
JPRMI Mengutuk Keras Aparat Gunakan Sepatu Masuk Masjid
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
17 Detik : Duka Cita Bagi Dunia
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...