GANDENKU.COM | Sebuah Catatan - Pilpres 2019 semakin menarik,
di awali dengan saling tunggu menunggu siapakah gerangan yang akan menjadi
wapresnya, adanya upaya PHP (Pemberi Harapan Palsu) terhadap calon yang
digadang-gadang yang sudah santer di masyarakat maupun adanya yang gagal maju padahal
sudah banyak melakukan promosi di baligho-baligho dibeberapa daerah bukan hanya
daerah perkotaan belaka. Pasca penunjukan siapakah wapres yang maju dari
masing-masing kubu lalu bergeser pada perilaku perpindahan pendukung yang
sebelumnya berada dalam dukungan Prabowo dan kini berpindah kepada kubu Jokowi
atau sebaliknya.
Terakhir adanya upaya monopoli
pengendalian media oleh kubu pasangan capres / cawapres, hal ini dapat terlihat
dari upaya kubu Jokowi untuk menarik para bos media kedalam satu kubu. Misalnya
saja jau-jauh hari Herry Tanusoedibjo bos MNCTV Group sekaligus ketua umum
Perindo yang sudah menyatakan dukungan kepada kubu Jokowi. Lebih jauh lagi
ketua umum Nasdem Surya Paloh yang menjadi bos Group Media Indonesia. Meski beberapa
media dengan para bos nya belum dapat di identifikasi kemana arah dukungannya,
namun jika melihat model dan gaya pemberitaan yang disampaikan kecenderungannya
adalah berada dalam satu posisi dengan kubu Jokowi hal ini dapat dilihat dengan
model pemberitaan yang lebih banyak menyampaikan berita untuk kepentingan kubu
Jokowi.
Berdasarkan hasil riset yang
disampaikan oleh Center for Innovation Policy and Governance (CIPG) yang
dilakukan pada awal bulan Maret 2012 menunjukan bahwa terdapat 12 group besar
yang menguasai hampir seluruh kanal media di Indonesia. 12 group besar yang
menguasai media di Indonesia di antaranya adalah MNC Group, Jawa Pos Group,
Kompas Gramedia Group, Mahaka Media Group dan MRA Media, maka dengan melihat
ini kubu Jokowi merupakan kubu yang paling banyak di dukung para konglomerat
media tersebut. Ini merupakan satu keuntungan tersendiri bagi kubu Jokowi dalam
menjalankan kampanye politik terutama berkaitan dengan soft campaign yang biasa dilakukan oleh para politisi dengan
memanfaatkan ‘ruang tunggu’ sebelum masa kampanye diberlakukan.
Ketangguhan kubu Jokowi dalam
mengumpulkan para bos media ini semakin bertambah dengan masuknya Erick Tohir
pemilik Mahaka Group kedalam tim kampanye JKW-MA. Erick Tohir yang dianggap
berhasil menjalankan tugasnya sebagai Ketua Panitia ASIAN GAMES 2018 yang
dilaksanakan di Jakarta dan Palembang tentunya ia memiliki magnet tersendiri
bagi masyarakat yang masih Eforia dengan perhelatan akbar se Asia tersebut,
terlebih ada peningkatan prestasi perolehan medali emas yang di raih kontingen
Indonesia meskipun kebanyakan emas (>60%) merupakan perolehan emas dari
cabang olah raga baru yang biasanya dilakukan berdasarkan permintaan tuan
rumah.
Penunjukan Erick Tohir meski
terkesan maju-mundur karena sempat ada pembantahan tentang masuknya ET menjadi
Tim Kampanye, setidaknya bagi kubu
Jokowi hal ini akan menjadi nilai tambah untuk meraup dukungan dari
mereka-mereka yang memiliki kekaguman terhadap ET baik ia sebagai mantan Ketua
Panitia Asian Games 2018 maupun ia sebagai tokoh dari daerah tertentu. Masuknya Erick Tohir menjadi Ketua Tim Kampanye JKW-MA
juga
telag menunjukan bahwa kubu JKW
ingin menguasai dan mengendalikan semua media yang ada di Indonesia. Karena
bagaimanapun dengan 'bos' nya yang sudah dipegang maka para awak media tidak
lagi memiliki keleluasaan penuh atau setidaknya akan merasa canggung ketika
berita yang di buatnya bernada ‘miring’.
Erick Tohir
(ET)
dengan bendera Mahaka Groupnya
memiliki lini bisnis media bukan hanya cetak tapi juga media elektronik termasuk online didalamnya, ET merupakan salah
satu konglomerat media yang ada di Indonesia dengan bendera Mahaka Groupnya. Beberapa
media yang berada di bawah Group Mahaka Media, terdiri dari : Jak TV dan Alif
TV, JakFM, Prambors FM, Delta FM, Female dan Gen FM, Harian Umum Republika,
Harian Indonesia (Mandarin), Parents Indonesia, A+, GolfDigest dan Area
Magazine , Republika Online, Rileks, Rajakarcis, Entertainment, Outdoor Advertisement.
Salah satu unit bisnis media
yang berada di bawah Mahaka Group adalah Republika, media ini merupakan media
yang sampai saat ini masih dianggap sebagai refresentatif dari sebuah media
yang mewakili komunitas muslim di Indonesia. Anggapan ini sangatlah wajar,
mengingat kelahiran Republika memang di gawangi para cendekiawan muslim yang
berada di ICMI. Hal ini akan semakin menambah point sendiri bagi kubu JKW-MA
karena akan menyisir satu komunitas masyarakat muslim paling tidak kampanye
politik yang dilakukannya akan mengatakan ‘media muslimpun mendukungnya’. Ini
menjadi strategis bagi kubu JKW karena selama ini banyak kebijakan yang
cenderung menyerang Islam bahkan sampai detik inipun masih melakukannya
misalnya dengan kebijakan Adzan masjid.
Berbondong-bondongnya media
mainstream ke kubu Jokowi seolah menjadi angin segar bagi kubunya, dan
pertarungan serasa akan menjadi berat sebelah pada saatnya nanti terutama
berkaitan dengan berimbangnya sebuah pemberitaan yang sudah di atur oleh Undang-Undang
No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menekankan pentingnya
informasi publik disajikan secara lengkap, utuh, benar, dan objektif. Hak atas
informasi publik adalah hak asasi yang dijamin konstitusi. Meskipun demikian dalam
prakteknya tidak sedikit media yang sudah bertentangan dengan Undang-Undang
tersebut.
Meskipun media selalu
menampik dengan mengatakan akan berada di tengah, tapi kenyataannya banyak
media yang tidak berimbang dalam mempublikasikan tokoh politiknya. Banyak media
yang mempublikasikan tokoh politik yang sesuai dengan 'pilihan para bossnya'. Contoh yang
paling gampang dan sangat ketara terlihat jelas adalah penguasaan group MNCTV
yang dijadikan alat kampanye PERINDO hampir setiap jam, sampai-sampai anak
kecil lebih hapal lagu Mars Perindo dibandingkan dengan lagu kebangsaan
Indonesia.
Dikalangan Media dan Politik Ada sebuah pemahaman umum
yang sederhana, bahwa tokoh politik yang ingin maju dan moncer biasanya ia akan
mengunjungi media-media yang dianggap memiliki kekhasan tertentu. Maka dapat
dilihat seorang politisi ia akan melakukan kunjungan media tersebut dan tidak semua media memiliki kekhasan yang menjadi
incaran politisi. Salah satu media
yang memiliki kekhasan adalah yang berada di bawah group Mahaka tersebut. Maka
dengan menjadikan bossnya bagian dari tim secara otomatis maka medianya akan terangkut (meskipun belum tentu juga)
Penguasaan
media-media mainstream ini sedikit banyak meringankan 'beban kampanye' yang
akan dilakukan kubu JKW-MA dan sekaligus memudahkan menyampaikan pesan kampanye
kepada masyarakat. Meskipun masyarakat banyak yang 'jengah' dengan pemerintah,
tapi jika opini yang terus menerus ditanamkan setidaknya akan menggerus kejengahan masyarakat secara perlahan meski tidak semuanya termakan opini, dan berapa banyak masyarakat akan mampu bertahan
untuk tidak termakan opini ? Ibarat batu yang keras yang ditetesi air terus
menerus maka batu akan berlubang, begitu juga dengan kejengahan yang terus
menerus
dan ditanamkan opini yang merasa baik, lama-kelamaan
akan diterima dengan sendirinya bahwa ia baik.
Seseorang dengan perilaku buruk jika ia
diberitakan terus menerus sebagai orang yang berperilaku baik tanpa bosan maka
lambat laun orang akan melihat ia baik, dan sebaliknya seseorang yang dengan
perilaku baik tapi orang disekelilingnya selalu termakan opini tentang
keburukan atau ada keburukan yang sedikit selalu di angkat terus menerus maka
lambat laun yang berperilaku baik akan di cap buruk, hal seperti inilah sangat
mumpuni dilakukan oleh pihak media mainstream.
Masih ingat dengan teori
Anjing dan Bel, dalam teori ini seekor Anjing setiap akan diberikan makanan ia
akan di dahului dengan mendengar bunyi bel terlebih dahulu dari sang majikan.
Hal ini terus menerus dilakukan tanpa pernah lupa oleh sang majikan. Satu
ketika sang majikannya iseng membunyikan bell maka Anjing akan datang seolah
akan menerima hidangan lezat, begitu juga dengan opini yang di tanamkan pada
khalayak secara terus menerus maka akan menjadi pembenaran tentang opini
tersebut.
Melawan
Dengan Media Sosial
Keberhasilan kubu JKW-MA dalam
penguasaan media-media mainstream tersebut di atas, rasanya sudah memupus
harapan bagi kubu Prabowo-Sandi (PS) untuk dapat menarik media agar ikut dengan
gerbongnya dalam perhelatan politik di Pilpres nanti. Namun demikian ada satu
yang masih menjadi harapan bagi kubu PS untuk melakukan perlawanan tersebut,
yaitu melawan dengan Media Sosial. Saat ini media sosial merupakan media baru
yang penggunanya di Indonesia sudah puluhan juta orang. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) saat ini pengguna internet sudah lebih dari 50% penduduk
Indonesia, jumlah populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai 262 juta dan
pengguna internet mencapai sekitar 143 juta.
Dengan jumlah yang cukup signifikan bagi pengguna
Internet terutama media sosial belakangan ini maka menjadi kabar baik bagi kubu
PS untuk melakukan perlawanan terhadap hegemoni media-media mainstream yang
sudah ‘dikuasai’ oleh kubu JKW. Media
sosial sendiri
merupakan media komunikasi berbasis
internet dengan menggunakan berbagai fitur seperti instant messenger, blogging. Media
sosial menjadi kekuatan baru dalam mendukung kegiatan propaganda, penggalngan opini
dan penyeimbang berita bagi berita yang tidak dapat terekspose di media
mainstream. Sebagai sebuah media
berkomunikasi, tentu media sosial memiliki karakteristik dan sifat yang sangat
berbeda dengan media-media mainstream.
Fenomena kehadiran media sosial setidaknya akan menjadi titik lawan bagi kubu
PS terhadap kubu JKW terutama berkaitan dengan ‘perang program’ yang akan
disampaikan kepada masyarakat umum.
Kehadiran Media Sosial yang
memberi keberuntungan bagi kubu PRABOWO-SANDI sudah dapat dirasakan ketika polling yang di
lakukan media sosial baik pelakunya pendukung PRABOWO-SANDI maupun pendukung JKW selalu
dimenangkan oleh kubu PS. Ini menunjukan sudah ‘bergerak’ nya peranan pendukung
PRABOWO-SANDI di media sosial dan terlampau berat untuk di tandingi oleh kubu JKW. Meski
sudah menguasai jagad media sosial, namun perlu kiranya kubu PRABOWO-SANDI memperhatikan dengan
baik-baik atas pola-pola yang ada didalam dunia media sosial. Para pengguna
media sosial bukanlah bersifat One Man
One Account sangat dimungkinkan satu orang akan memiliki beberap akun
bahkan tidak menutup kemungkinan ia akan memiliki 10 akun atau lebih, selain
itu pengguna media sosial senantiasa memiliki tampilan tipuan belaka karena boleh
jadi para tim sorak di media sosial secara usia bukanlah pemilik yang sah untuk
memberikan hak pilihnya nanti.
Meskipun demikian, sebagai bentuk penyeimbang
terhadap opini yang dibangun kubu JKW pemanfaatan media sosial sangatlah
dirasakan manfaatnya. Pemilik akun media sosial juga ada kecenderungan tidak
digunakan oleh mereka-mereka yang berusia ‘senja’ yang secara notabenenya
mereka memiliki hak suara dalam perhelatan politik di Pilpres nanti, begitu
juga dengan kalangan tertentu yang tidak memiliki perlengkapan untuk
menggunakan media sosial masih cukup besar jumlahnya terutama masyarakat
perkampungan. Hal ini menunjukan ada ruang yang akan menjadi PR bagi kubu PRABOWO-SANDI.
Pertarungan
ada pada usia 'senja' yang di antara mereka yang memiliki kecenderungan pada
dua hal berikut (1). memiliki ciri tidak gaul dengan internet dan (2).mudah
ngikut dengan opini. Maka di sini akan terlihat pertarungannya, kubu JKW yang
sudah menguasai media tentunya sangat mudah tinggal menyerabar jaring opini ke
masyarakat berkaitan dengan keberhasilan semu tanpa menunjukan janj-janji
pilpres 2014 lalu melalui media elektronik yang menembus setiap wilayah
misalnya Televisi dan Radio. Ditambah lagi ada beberapa jajaran birokrasi yang
masih memiliki pola piker ‘segaris’ dengan pemerintahan pusat, sehingga ini
semakin menguatkan kubu JKW.
Untuk menghadapi hal tersebut
maka peran pendukung kubu PRABOWO-SANDI memiliki
kewajiban TURUN LAPANG untuk melakukan counter
opini yang di sebar melalui media,
jangan sampai masyarakat usia 'senja' atau masyarakat yang tidak gaul dengan
internet terutama media sosial akan memakan mentah-mentah opini yang tersebar
melalui TV, Radio dan Koran-Koran. Tugas Para Pendukung PS saat ini selain berselancar di
beranda medsos memiliki tugas untuk TURUN LAPANG, misalnya saja menjadikan sabtu dan ahad sebagai gerakan individual untuk mengajak
melakukan perbaikan dan perubahan bagi bangsa, dengan mengajak ngobrol setiap
warga yang dikenal ataupun tidak dalam berbagai kesempatan. Jika tidak
dilakukan dan hanya berputar pada dunia media sosial semata sangat mungkin
agenda kebanyakan pendukung PS untuk 2019 Ganti Presiden akan mengalami
kegagalan.
Dengan melihat pertarungan dua
kubu yang menggunakan kekuatan media masing-masing tersebut maka akan menjadi
menarik buat kita semua, siapakah yang akan menjadi pemenang dalam pertarungan
tersebut ? apakah kubu yang sudah menguasai media mainstream ataukah sebaliknya
kubu yang menguasai media sosial ?.
Tubagus G. Arkadi
Penggiat Media Sosial
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...