|
Kegiatan Buka Puasa Bersama yang dilaksanakan Oleh Rumah Pemberdayaan GSP dengan donasi dari Laznas BSM Ummat pada Tahun 2011 di Desa Labuan. |
Rasulullah SAW adalah teladan bagi kita sebagai Ummat Manusia yang hidup di jaman ini, meneladani Rasulullah SAW bukan sekedar sebagai salah satu menjalankan perintah untuk menjalani sunnah-sunnahnya. Melainkan juga meneladani Rasulullah berarti juga mengikuti apa yang dilakukan olehnya dalam keseharian kehidupannya.
Lalu pertanyaannya apakah kita sanggup ? apakah kita mampu ? mungkin meneladani 100% apa yang dilakukan sangatlah sulit bahkan mungkin sangat tidak mungkin dapat dilakukan oleh kita. Namun bukanlah sesuatu yang mustahil sedikit banyak ada beberapa hal yang bisa dikerjakan dan dilakukan setidaknya beberapa bagian saja.
Salah satu keteladanan Rasulullah adalah hidup dengan kesederhanaannya, ia hidup dengan sederhana bukan berarti ia orang miskin, melainkan memang keteladanan beliau yang perlu dicontoh. Rasulullah pernah tidak memasak di rumahnya selama berbulan-bulan, namun jangan disangka disaat kurban Rasulullah mengkurbankan 1000 unta yang terbaik buat ummat.
Kesederhanaan Rasulullah SAW dalam menjalankan hidupnya sehati-hari ini selayaknya kita contih dalam keseharian hidup kita, apakah mulai dari diri kita, keluarga kita, lingkungan persahabatan kita maupun lingkungan kantor dimana kita bekerja.
Beberapa pola hidup sederhana yang sangat mungkin bisa dilakukan adalah bila kita bisa mencukur rambut di tukang cukur biasa dengan harga 10 ribu, kenapa harus ke salon mewah dengan harga bisa berlipat kali dari harga yang biasa. Bila kita bisa menggunakan kendaraan umum sekaligus untuk mengurangi kemacetan kenapa harus menggunakan mobil pribadi yang luasnya bukan main padahal hanya sendiri dan paling banyak cuma berdua dengan seorang sopir, bahkan jika memungkinkan bisa naik motor kenapa harus menggunakan mobil mewah yang luas dan lebarnya menghabiskan jalan yang bisa dipakai oleh 6 motor sekaligus.
Begitupula bila kita masih bisa melakkan rapat kerja di tempat yang sederhana, kenapa harus mengadakan rapat di hotel mewah dengan harga yang 'super wah', atau jika kita bisa menggunakan produk dalam negeri kenapa harus bangga menggunakan produk luar negeri yang belum tentu berkualitas lebih baik dari dalam negeri.
Untuk itulah selayaknya mulai dari terkecil hidup sederhana kita mulai lakukan dan laksanakan, namun bukan berarti kita tidak harus kaya. Harta kekayaan bisa saja di jadikan asset yang bisa menunjang untuk peruntukan jangka panjang dan terlebih lagi bisa dioptimalkan untuk perjuangan dakwah dalam menyerukan kebaikan serta dapat dioptimalkan untuk berbagi dengan saudara yang lain yang hidup jauh dari cukup.
Semoga Allah mencatatkan nama kita sebagai bagian yang mampu hidup sederhana namun dengan kekayaan yang berlimpah. Wallahualam (Ganden Arkadi / Sepenggal bekal dari hari selasa#2).