GANDENKU.COM | Serial 100 Hari - Sebut saja namanya mas Karman dengan perawakan yang
tidak terlalu kurus dan tinggi badan yang pas dengan postur tubuhnya. mas
Karman yang saya kenal ini karena hanya kebetulan saja sebagai pelanggan Nasi
Bakarnya yang murah dan enak, cocok sebagai alternatif sarapan pagi ketika di
rumah tidak sempat menyiapkan sarapan pagi. Harganya relatif murah hanya 5000
per satu nasi bakar yang dibungkus daun. Maka dengan modal 20.000 kami berempat
sudah bisa merasakan sarapan pagi dengan menu yang berbeda-beda, rasa peda,
ayam dan cumi.
Mas Karman terkadang
tidak menjaga jualannya yang memakai motor tersebut, melainkan sering juga di
jaga sama Istrinya yang berpakaian syar’i dengan jilbab panjangnya.
Pertanyaannya kenapa saya menulis sebuah catatan tentang Mas Karman yang
penjual Nasi Bakar di bilangan Jakarta Selatan ini ? setidaknya ada pelajaran
yang saya ambil dari pedagang sholeh ini (Insya Allah). Salah satu pelajaran
utamanya adalah berkaitan dengan kerja keras dan ikhlas dengan ketetapan rejeki
yang sudah Allah siapkan.
Kenapa saya katakan ia
kerja keras ? karena ternyata disamping paginya usah sholat subuh ia mangkal
jualan nasi bakar, malamnya usai sholat isya ia mangkal juga jualan susu jahe.
Dua jualan yang berbeda waktu dan barang ini menunjukan bahwa mas Karman ini
merupakan tipikal kerja keras dengan memilih waktu yang tepat untuk menjajakan
jualannya.
Uniknya lagi dalam
melihat mas Karman berjualan adalah memilih waktu jualan yang notabenenya
tidak mengganggu waktu untuk bermunajat dalam menjalankan ibadah pada Allah
SWT. Tengok saja saat pagi berjualan nasi bakar, ia keluar untuk jualan
setelah usai subuh, hal ini saya perkirakan bahwa ia bangun sebelum subuh untuk
menyiapkan semuanya selanjutnya ia tidak ketinggalan subuh berjamaah. Begitu
juga saat malamnya ketika menjual susu jahe nya ia keluar berjualan setelah
sholat isya selesai hal ini sangat dimungkinkan ia tidak mau ketinggalan isya
berjamaah sehingga memilih untuk memundurkan waktu berjualan.
Hal lainnya yang saya
pahami dari karakter jualannya adalah ia tidak pernah ‘ngotot’ dengan nafsunya
untuk menambah jualannya meskipun itu laku. alasan ini saya dapatkan ketika
iseng tanya berapa banyak jumlah nasi bakar yang laku, ia menjawabnya dan saya
bilang kenapa gak ditambah jumlahnya kan masih ada waktu untuk menjualnya di
pagi hari tersebut ? ia hanya menjawab “Kalau menurut nafsu maka tida
akan pernah puas, jika saya menambah jumlah maka akan menambah waktu jualan,
jika besok besok terus laku maka akan semakin banyak waktu untuk mengejar
penjualan tersebut. Maka kapan waktu saya untuk beribadah ? beraktifitas dengan
masyarakatnya ?”
Jawaban sederhana yang
menunjukan karakter kuat tentang seorang mas Karman, dan ada benarnya ketka
nafsu yang minta dituruti maka tidak akan pernah merasa terpuaskan. Ketika hari
ini kita berhasil mendapat untung 1 juta besok kita akan berupaya mendapat
untung 2 juta dst, tanpa kita sadari waktu itu semakin banyak digunakan hanya
untuk mengejar keuntungan yang berlipat. Sama halnya jika hari ini menjadi
seorang lurah, maka akan terus berupaya menjadi seorang camat atau ketika kita
sudah menjadi seorang gubernur maka akan berupaya menjadi seorang presiden
dengan alasan yang dipaksakan. Wallahualam.
Jakarta dalam Senyum Malam
23.10.2016
TGA
#100HariMenujuRamadhan
#HariKe-99
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...