GANDENKU.COM | Sebuah Catatan - Masuk tahun ajaran baru banyak sekolah ramai dengan beragam penerimaan pendaftaran siswa baru. Dengan sistem pendaftaran yang ringkas dan memudahkan membuat para calon siswa ada yang merasa mudah. Namun tidak sedikit juga yang merasa sulit dengan sistem yang sudah dibuat tersebut. Dua hari kemarin saya mencoba mengikuti dua orang anak sekolah yang akan masuk ke jenjang SMA. Kedua anak tersebut merupakan temanan yang sudah terjalin cukup lama sejak SMP kelas 1.
Namun dari keduanya memiliki nasib yang berbeda meskipun memiliki tujuan yang sama. Nasib berbeda bernama 'ANGKA' yang tercantum dalam selembaran kertas bernama NHUN. Satu memiliki angka dengan rata-rata di atas 80 sedangkan satunya memiliki angka di atas 60. Meskipun memiliki nasib yang berbeda, namun tujuan keduanya sama. Yaitu berharap dapat sekolah di sekolah yang sama. Namun sayangnya sekolah yang di tuju oleh keduanya memiliki 'grade' yang tinggi.
Dengan melihat kejadian di atas, ternyata dunia pendidikan kita masih berdasarkan angka-angka yang diujikan sesaat. Seolah-olah hasil pendidikan yang sudah di terapkan selama 3 tahun tidak memiliki arti apapun jika angka yang diperoleh tidak dapat menembus sekolah yang di idam-idamkan. Pola ini tentunya akan membentuk pola yang PRAGMATIS bagi para pelajar kita, bagi sekolah maupun bagi guru-guru.
Sikap pragmatis terlahir karena 'dipaksa' oleh sistem yang diciptakan. Maka tidak heran jika kelak nanti dunia pendidikan akan 'mati' dari tata nilai, mati rasa dari pemahaman pendidikan bidang keilmuan yang lain, karena hanya fokus pada 4 mata pelajaran yang menjadi bahan rujukan bagi pelajar untuk melanjutkan pendidikannya.
Seharusnya sistem penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan lebih tinggi dilakukan perubahan, setidaknya tidak hanya berpatokan pada NHUN belaka melainkan ada pemanfaatan dari mata pelajaran yang selama 3 tahun sudah dipelajari. Bisa saja polanya nanti 60% tetap mengacu pada Angka NHUN dan sisanya 40% mengacu pada angka rapot yang di ambil dari kelas 1. Hal ini tentunya akan memberikan rasa keadilan bagi pelajaran yang sudah berprestasi sejak di sekolah.
Namun...entahlah sampai kapan akan dilakukan perubahan. Kita tunggu para pejuang pendidikan di Indonesia agar tidak fokus pada angka semata dalam memberikan penilaian bagi seseorang. [TGA]
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...