GANDENKU.COM | KisMah - Gesekan antar individu maupun kelompok dan lembaga sering kali kita saksikan, persoalan terkadang yang bersifat sepele. Namun apakah benar masalah yang sepele, remeh temeh dan sangat sederhana tersebut berakibat terjadinya gesekan ? Sebenarnya kalu kita melihat lebih jauh belum tentu masalah tersebut sangat sepele namun bisa jadi diri kita yang 'kurang tepat' dalam memahami masalah tersebut.
Lalu bagaimana agar setiap gesekan yang kerap muncul karena kesalahfahaman tersebut dapat diredam dan tidak muncul kepermukaan ? tidak mudah memang namun tidak mungkin untuk dapat dilakukan. Permasalahan yang paling mendasarnya karena kita senantiasa berharap untuk dipahami namun tidak mau memahaminya. Saling memahami dalam kebaikan yang tidak bertentangan dengan hukum agama dan negara seharusnya dapat dilakukan kecuali saling memahami dalam keburukan.
Saling memahami dalam keburukan yang sangat tidak layak dilakukan misalnya saja, seorang koruptor yang sudah 'ngemplang' uang negara karena perilaku dan perbuatannya sudah banyak rakyat jadi korban, dan ketika tertangkap oleh pihak yang berwenang lalu secara melankolis ia mengungkap sisi kemanusiaannya misalnya saja keluarga dan anak-anaknya yang sering kali dijadikan alasan, 'siapa keluarga yang urus' 'bagaimana nasib anak-anak saya' seperti itulah kalimat yang sering muncul dari kalangan koruptor ketika sudah tertangkap padahal ketika mereka melakukan perilaku yang buruk tersebut dengan enteng dan mudahnya dan bahkan tidak memikirkan bagaimana nasib masyarakat yang lain dengan perilakunya.
Ketidak pantasan yang dilakukan dalam memahami keburukan lainnya adalah, misalnya saja dalam sebuah kelompok pemuda yang terbiasa 'minum-minuman keras' bahkan tidak jarang menggunakan obat-obatan terlarang (NARKOBA) kerapkali para pemuda tersebut berdalih untuk menghilangkan kegundahan, menghilangkan kepenatan atau istilah lebih 'konyolnya' lagi adalah mumpung masih muda, pertanyaannya memang kenapa kalau masih muda ? apakah memang kalau sudah tua akan bertaubat ? seolah-olah yakin bahwa usianya akan sampai tua, sehingga waktu taubat hanya dapat dilakukan setelah tua nanti, padahal tidak ada yang bisa menjamin diri kita bahwa besok, lusa atau waktu yang akan datang kita masih hidup.
Memahami seseorangpun yang seringkali tidak tepat adalah memahami orang perokok ditempat umum, dengan gampang dan entengnya perokok di sebuah bis umum bilang 'kalau gak mau isep asap rokok naik mobil sendiri' seolah-olah kalimat tersebut benar, bahkan ada dengan entengnya seorang perokok bilang 'ini kan hak azazi saya' . Perokok tersebut tidak sadar bahwa ia telah melanggar hak azazi orang lain yang tidak merokok, padahal hak azazi hanya dapat dilakukan dengan tidak melanggar hak-hak orang lain dan hak-hak masyarakat.
Dari ketiga gambaran di atas tersebut, seringkali menyebabkan gesekan yang serius. Hal ini karena pihak-pihak tersebut hanya mau dipahami tapi tidak memahami pihak lainnya. Padahal keselarasan hidup itu akan hadir jika saling memahami, bukan hanya sekedar minta dipahami. Untuk itu semoga kita menjadi makhluk yang bisa saling memahami bukan hanya minta dipahami, karena kalau kita hanya minta dipahami orang lain sementara kita tidak pernah memahami pihak lain ini akan melahirkan ego pribadi. Semoga...