GANDENKU.COM | Kemarin saat pulang dari kerja naik KRL pas turun di stasiun Pasar Minggu saya tidak sengaja mendengar percakapan dua orang yang masih muda, dugaan saya mereka berdua adalah sepasang pengantin baru. Karena percakapannya cukup keras meskipun sedang jalan kaki menuju parkiran motor. Saya suka dengan dialog yang menyiratkan tentang "KETEGUHAN" tersebut.
Salah satu dialognya adalah ketika sang perempuan 'mengeluh' bahwa kakinya tidak nyaman jika harus berjalan kaki dari stasiun menuju rumahnya. Lalu sang perempuan tersebut berujar "abang sih gak segera beli motor, kan kalau beli motor gak susah seperti ini". Keluhan tersebut akhirnya disambut oleh sang laki-laki bersamanya "Jangan mengeluh, kita terima saja apa adanya saat ini. Biar Allah akan memberikan pertolongan" ujarnya.
Di samping ucapan tersebut sang laki-laki juga menyampaikan "Kita harus bersyukur dengan jalan kaki tentu banyak kesempatan untuk saling kenal lebih dekat". Masya Allah bathinku 'bersuara' mendengar kalimat tersebut. Ada keteguhan dan rasa syukur yang tertanam dalam dua insan tersebut. Ada rasa saling menerima kondisi dan keadaan yang tersirat dalam dialog singkat tersebut.
Rasa saling menerima keadaan dan tidak terlalu menuntut banyak keinginan adalah 'pondasi' yang bisa mengokohkan kerukunan dalam keluarga. Terkadang banyak keluarga yang mengalami perpecahan di awali dengan adanya ketidakpercayaan dan tuntutan dari salah satu pihak, seharusnya bukan menuntut melainkan memahami tuntutan tersebut.
Seorang istri yang menuntut pada suami dengan 'keinginannya' seyogyanya bukan menuntut tapi memahami tuntutan yang akan di sampaikan pada suaminya, apakah tuntutan tersebut layak disampaikan ? Atau justru akan sangat memberatkan. Begitu juga dengan suami sebaiknya sebelum istri menuntut pahami kebutuhan apa saja yang di perlukan oleh istri. Pola ini bukanlah hal mudah, termasuk diri saya sendiri masih jauh dari pola memahami apa yang istri tuntut.
Semoga kedua sejoli pasangan muda yang menyiratkan keteguhan tersebut, Allah SWT mudahkan segala urusannya begitu juga dengan para keluarga yang lainnya. Mari kita rubah MENUNTUT KEINGINAN menjadi MEMAHAMI TUNTUTAN. Wallahualam.