GANDENKU.COM | Senja Negeriku - Pribumi yang tercoret, kalimat ini sekiranya pantas disematkan kepada salah
satu media online ketika mencoret kata 'PRIBUMI' dalam sebuah judul berita yang
pernah diterbitkannya. Uniknya berita yang mengalami perubahan judul tersebut 1
tahun lebih sudah dilewati dan diganti seiring degan pihak yang menggunakan
kata pribumi untuk menyerang gubernur DKI Jakarta.
Entahlah keputusan media tersebut apakah ada kaitannya
antara penggantian judul dengan sebuah 'desain' yang memperkarakan
gubernur baru Jakarta ? waktulah yang akan menjawabnya kelak. Jikapun alasannya
karena tidak ada kesesuaian isi dengan judul, maka pertanyaannya apakah sampai
1 tahun lebih baru dikoreksi ? apakah sampai seburuk itu sebuah media nasional
?
Bisa jadi sang wartawan saat membuat judul berita sedang
berusaha memasukan 'opininya' kepada berita tersebut. Salah satu tujuannya
adalah memberikan nilai plus sebuah 'pencitraan' kepada pihak yang diberitakan
dengan menambahkan kata pribumi dalam berita tersebut. Pencitraan ? ya,
bagaimanapun kata yang pas untuk menunjukan seorang pemimpin peduli terhadap
rakyatnya sendiri adalah menggunakan kata pribumi sebagai bumbunya.
Dengan memberikan kata pribumi si wartawan sedang berusaha
menggiring audiens pada keputusan bahwa 'ini loh pemimpin negeri yang peduli
pada rakyat'. Atau bisa jadi bukan si wartawan yang melakukannya melainkan
pihak internal redaksi yang mengambil keputusan untuk menyesuaikan dengan
situasi saat itu sebagai bentuk dukungan (partisan).
Namun celakanya, kata pribumi yang terlanjur disematkan
untuk menaikan citra baik bagi seseorang dalam sebuah berita justru menjadi
bahan rujukan oleh pihak yang pro gubernur DKI Jakarta sebagai bentuk alasan
memberikan pembelaan kepada pihak-pihak yang 'menyerang' karena adanya
penggunaan kata pribumi (meskipun serangan yang salah sasaran ).
Kecelakaan 1 tahun lebih yang lalu ini akhirnya mau tidak
mau harus diperbaiki oleh media online tersebut. Alhasil maka judul pun
berubah, dengan menghilangkan satu kata pribumi dalam judul. Entahlah ini
secara etika jurnalistik apakah diperbolehkan ? jika tidak apakah ada sanksi
yang pantas di berikan oleh organisasi wartawan / media ?.
Terlepas sanksi yang pantas seperti apa yang harus diberikan
namun dari sini kita bisa melihat betapa 'buruknya' wajah media kita, sekaligus
hal ini harus menjadi pembelajaran bahwa pentingnya seorang wartawan dalam
membuat berita yang 'jujur' berdasarkan fakta yang ada tidak ditambahkan oleh
pesanan pihak-pihak tertentu maupun opini dalam pikiran setiap wartawan atau
pemilik medianya, atau istilahnya media berada pada posisi Independen yang
sebenarnya.
Pertanyaannya adalah Kapankah Media mampu Independen ?
Jakarta Dalam Dingin
19.10.2017
TGA
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...