Langsung ke konten utama
MOHON MAAF karena domain lama sudah diambil alih oleh pihak lain dengan nama GANDENKU.COM untuk itu portal blog ini berubah menjadi AMANAHARKADI.BLOGSPOT.COM sampai dengan pembelian domain baru    

Unggulan

Arkadigital Luncurkan Selusin Kaos PKS

PROMOSI | KaosQue - Dalam rangka menjelang Pemilu 2024 saat ini Arkadigital meluncurkan Selusin Kaos PKS sebagai tahap pertama. Selusin Kaos PKS dengan 12 model desain gambar PKS yang dibuat merupakan salah satu promosi produk pembuatan KaosQue dari Arkadigital.  Untuk desain partai lain nantikan juga kehadirannya. Berikut spesifikasi produk yang kami tawarkan : Bahan CC 20 S, Printing DTF, Lengan Panjang / Lengan Pendek, Ukuran s.d XXL, Harga 85 K untuk ukuran s.d XL. Warna Kaos Hitam dan Putih.  Pemesanan silahkan klik link berikut : PESAN KAOS PKS 

KISAH MENGHARUKAN ANAK TUNANETRA PENGHAFAL AL-QURAN

GANDENKU.COM |Kisah - Kisah ini datang jauh dari negri Mesir. Mu’adz Al Hafizh nama pemuda yang patut kita jadikan teladan dalam usahanya menghafal al Qur’an dengan keterbatasan penglihatannya. Mu’adz yang kini berusia 15 tahun, telah menghafal 30 juz al Qur’an di umur 11 tahun, subhanallah .

Mu’adz adalah seorang anak yang lahir kurang beruntung layaknya manusia normal lainnya, ia lahir dalam kondisi tidak dapat melihat (buta). Namun meskipun begitu di umurnya yang menginjak 11 tahun Mu’adz telah berhasil menghafalkan al Qur’an lengkap 30 juz. Sesuatu yang tidak semua orang dapat melakukannya, oleh kita yang normal, sebuah cerminan dan pelajaran yang layak kita petik hikmahnya.

Semangat Mu’adz untuk menghafal ayat-ayat Allah membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya. Dalam sebuah acara TV yang dipandu oleh seorang imam masjid, Syaikh Fahd al Kandari, mewawancarai Mu’adz. Bertanya bagaimana ia bisa menghafal Al-Quran dalam kondisinya seperti ini.

“Saya yang datang ke tempat syaikh (guru),” kata Mu’adz.

“Berapa kali dalam sepekan?” Tanya syaikh.

“Tiga hari dalam sepekan. Pada awalnya hanya sehari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau (gurunya) dengan sangat agar menambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari,” jawab Mu’adz. Tiga hari itu ia (Mu’adz) khususkan untuk belajar ayatayat suci al Qur’an dan meluangkan waktunya untuk tidak bermain dengan teman-temannya.

Sang penyiar TV tersenyum, menepuk paha anak itu, dan disambut senyum ceria oleh Mu’adz. Dalam dialog tersebut hal yang mengagumkan adalah pernyataan Mu’adz tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa agar Allah mengembalikan penglihatannya, namun rahmat-Nya lah yang ia harapkan, ia mengharapkan yang lebih indah dari sekedar penglihatan.

“Dalam shalat, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku. Semoga menjadi keselamatan bagiku pada hari pembalasan (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut. Nanti saat berdiri di hadapanNya, takut dan gemetar, Allah menanyakan tentang nikmat penglihatan dan Dia akan bertanya, “apa yang telah engkau lakukan pada al Qur’an ini?” Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitunganNya untuk saya pada hari kiamat kelak.”

Tentu saja, setelah mendengar kalimat mulia anak tersebut, semua yang ada di studio terdiam. Penyiar TV nampak berkaca-kaca lalu akhirnya menangis. Para pemirsa di studio serta para kru TV juga tak tahan menitikkan air mata.

“Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan,” kata penghafal al Qur’an muda itu. Subhanallah .
Mu’adz juga mengatakan bahwa ia terinspirasi dari Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah yang mengatakan, “Allah tidak menutup atas hambaNya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu dengan rahmatNya.”

Kehilangan penglihatan sejak kecil, tidak membuat Mu’adz mengeluh kepada Sang Pencipta. Ia tidak iri pada orang lain, melainkan tetap bersyukur kepadaNya. Ikhlas menerima takdirNya.

“Alhamdulillah, saya tidak iri kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah tidak bisa melihat. Ini semua adalah qadha’ dan qadar Allah.”

Kemauan Mu’adz yang kuat untuk menghafal al Qur’an seolah membuat dirinya lupa bahwa ia buta. Ia menganggap fisiknya yang terbatas bukan menjadi penghalang baginya untuk meraih cita-cita menjadi penghafal al Qur’an. Ia sepenuhnya menyadari bahwa segala yang diberikan oleh Allah di dunia ini kelak akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat. Maka ia tak pernah menyia-nyiakan waktunya, ia menikmati hari-harinya dengan al Qur’an.

Lantas bagaimana dengan kita, yang memiliki fisik normal? Kisah Mu’adz di atas merupakan bukti bahwa al Qur’an tidaklah sulit untuk dihafal. Terlebih bagi kita yang tidak memiliki keterbatasan fisik. Tinggal bagaimana niat, ikhtiar dan tawakkal kita dalam menjalankannya (menghafal, mempelajari dan mengamalkan).

Sumber: https://sekarmentariyayasan.wordpress.com/2017/11/16/kisahmengharukan-anak-tunanetra-penghafal-al-quran/

Komentar

Postingan Populer