GANDENKU.COM |
Catatan - Di era sekarang ini yang menjabat itu belum tentu ia faham dengan jabatannya, boleh jadi jabatan yang diperoleh bukan karena faham tapi seberapa dekat, seberapa kuat memiliki "kekuatan menekan secara politik" dan sebarapa bisa menjalankan 'instruksi' serta seberapa besar "jasa" saat pilpres.
Demikian halnya dengan kementerian Agama, maka jangan berharap juga menteri agama, ia faham banget dengan Agama. Jika akan memlih menteri agama yang faham betul tentang agama, seharusnya yang ditunjuk adalah ulama atau ustadz yang sudah teruji.
Jadi bagi saya jika menteri agama bilang mengucapkan natal tidak menggugurkan akidah, mohon maaf saya tidak percaya dengan yang disampaikan. Terlebih banyak rekam jejaknya selama menjabat penuh dengan ungkapan 'kontroversi' yang lebih "menyudutkan" ummat Islam.
Bagi saya mengucapkan natal bertentangan dengan akidah yang saya fahami, TAPI bukan berarti saya tidak menghormati mereka yang akan merayakannya apalagi menghalanginya. Menghormati tidak harus diwujudkan dalam bentuk ucapan apalagi sampai merayakan bersama. Justru ini sebuah kebodohan dalam bertoleransi.
Berkaitan dengan ucapan maka banyak cara bisa kita ganti misalnya mengucapkan "Selamat Liburan di Bulan Desember Bersama Keluarga" atau kalimat ucapan lainnya.
Sayapun tidak akan meminta mereka mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri jika hal itu bertentangan dengan akidah mereka, DAN saya menghargai bahkan salut buat mereka ketika sama-sama menjaga akidah masing-masing dan tidak membaurkan satu keyakinan beragama dengan agama lainnya.
Karena agama bukan juice buah yang seenaknya bisa di mix antara buah yang satu dengan buah yang lainnya. Toleransi itu bukan mencampur adukan, melainkan menghargai perbedaan dan menghormati setiap keyakinan beragama.
Untukmu Agamamu, Untukku Agamaku...
Jakarta, 22.12.2019
TGA
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih telah bersilaturahim di blog kami...