GANDENKU.COM | Nasehat yang sejatinya berisi tentang kebaikan-kebaikan untuk perubahan bagi anak-anak kita terkadang tanpa sadar dan di sadari seorang anak mengartikan setiap nasehat menjadi semacam pengekangan diri. Merasa terkekang bagi si anak tentunya karena ada yang tidak tepat berkaitan dengan apa yang kita sampaikan.
Apa yang kita sampaikan belum tentu baik dan mudah diterima bagi anak, hal ini bisa jadi ada komunikasi yang kurang tepat dari si pemberi pesan dalam hal ini orang tuanya (bisa ayah atau bundanya) terhadap anak. Sebagai contoh misalnya "Anak ku janganlah kamu pacaran karena hal itu tidak baik" kalimat ini akan berbeda manakala yang kita sampaikan menjadi "Anak ku hal yang wajar jika kita memiliki rasa suka pada seseorang, karena memang sejatinya manusia di lahirkan untuk saling menyayangi dan menyukai. Tapi alangkah indahnya jika rasa suka itu di lakukan dengan cara yang lain"
Dua kalimat pesan yang disampaikan memiliki arti yang berbeda, kalimat pertama ada kecenderungan orang tua langsung menghakimi dengan nasehatnya, sedangkan ungkapan kedua ada interaksi antara orang tua dengan anaknya.
Untuk itu, marilah kita sebagai orang tua mulai bijak dalam menata kalimat dan bahasa yang pas disampaikan pada anak-anak kita. Jadikan anak kita tidak 'terpenjara'dengan nasehat yang penuh kebaikan, melainkan jadikan anak kita yang mampu memberi solusi sendiri bagi setiap nasehat yang kita sampaikan.